Ande-Ande Lumut
Jumat, 03 Februari 2012
cerita rakyat
Pemeran
Rais Pangestu sebagai Ande-Ande Lumut
Ade Fitri R. Sebagai Klenting Kuning
Silvia Dwi E.Sebagai Klenting Merah
Diana Oktaviani sebagai Kenting Klenting Hijau
Nurul Fitriani sebagai Mbok Rondo Dadapan
Ulfa Melinda S. Sebagai Peri Tontong
Syamsul Bachri sebagai Yuyu Kangkang
Sinta Desi sebagai Mbok Imah
Alfin Rivaldi sebagai Narator
Penulis Skenario
Diana Oktaviani
Silvia Dwi Efendi
Sutradara
Diana Oktaviani
Produser
Nurul Fitriani
Editor
Ade Fitri Rahmawati
Penata Atristik
Syamsul Bachri
Penata Rias
Ulva Melinda S.
Penata Kostum
Silvia Dwi Efendi
Tugas Mata Pelajaran
Seni Budaya (XI IPA)
Ande-Ande Lumut
Pada zaman dahulu kala di Desa Dadapan hidup seorang janda, janda itu terkenal dengan sebutan Mbok Rondo Dadapan. Mbok Rondo Dadapan mempunyai tiga orang putri yang cantik-cantik. Yang tertua bernama Kleting Merah, yang kedua Kleting Hijau, dan yang ketiga Kleting Kuning.
Klenting Merah : “ Aduhhh... Kuning bagaimana sih menyapu saja tidak bersih, coba liat masih kotor (membuang-buang makanan) ”
Klenting Hijau : “ Iya nih bagaimana si. Bisa menyapu tidak?”
Mbok Rondo : “ Ada apa si, pagi-pagi sudah ribut “
Klenting Merah : “ Coba lihat Klenting Kuning Bu, menyapu saja tidak bersih “
Klenting Hijau : “ Iya tuh Bu masih kotor. Ukhhhh menjijikan “
Klenting Kuning : “ Tapi Bu, tadi Klenting Merah yang mengotori lantainya “
Klenting Merah : “ Ikhh ngarang Bu...”
Klenting Kuning : “ Tapi Bu, aku tidak berbohong “
Mbok Rondo : “ Alah sudah diam kamu. Sekarang kamu bersihkan kembali lantai yang kotor ini “
Klenting Kuning pun segera membersihkan makanan yang berserakan di lantai. Disaat yang bersamaan Ibunya menyuruh ia untuk mencuci pakaian di sungai.
Mbo Rondo : “ Kuning, cepat cuci baju-baju ini ke sungai “
Klenting Kuning : “ Tapi Bu, pekerjaan ku belum selesai “
Mbok Rondo : “ Bilang saja kamu malas ?“
Klenting Kuning : ” Bukan begitu Ibu.. “
Klenting Hijau : “ Alahh... alasan tuh Bu “
Mbok Rondo : “ Sudah cepat sana, jangan membantah “
Klenting Merah, Klenting Hijau : “ Ehh.. tunggu, tunggu “
Klenting Merah dan Klenting Hijau berlari kedalam kamar mengambil pakaian kotornya.
Klenting Merah : “ (melempar pakaian) Nihh.. cuciin baju kita “
Namun karena pada dasarnya Kleting Kuning memang seorang anak yang berbudi pekerti luhur, serta watak yang baik, maka ia menerima semua perlakuan itu dengan sabar. Sesampainya ia di sungai untuk mencuci. Ia mengeluh karena pekerjaannya itu berat sekali, maka ia pun menyesali nasibnya yang malang itu sambil berkeluh kepada para dewa,
“Oh dewa, apa yang telah saya perbuat sehingga harus menanggung penderitaan ini? Oh! Tolonglah saya!”
Peri Tontong : “ Hoammmmzzz.... pagi-pagi kok sudah ada yang sedih si ?”
Klenting Kuning : “ Siapa kamu ?”
Peri Tontong : “ Haii... Aku Peri Tontong, aku datang kesini untuk membantu mu “
Klenting Kuning : “ Hahh... Peri ? kamu yakin ?”
Peri Tontong : “ Yakin dong, kamu gak lihat pakaian ku?”
Klenting Kuning : “ Tapi kok pakai baju tidur ?”
Peri Tontong : “ Upsss... lupa aku belum mandi. Habis kamu sedihnya kepagian si, jadi kan belum sempat mandi dan ganti baju ”
Klenting Kuning : “ Jadi kamu kesini untuk membantu ku ?“
Peri Tontong : “ Hmmm... jadi mana cucian kamu itu biar aku bersihkan semuanya”
Sang Peri pun segera menolongnya untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan sempurna.
Kenting Kuning : “ Wahh.. bersih, cepat sekali “
Peri Tontong : “Iya dong, siapa dulu Peri Tontong “
Klenting Kuning : “ Terima kasih Peri, kalau begitu aku akan segera pulang “
Sesampainya Klenting Kuning di rumah, ia segera mengembalikan semua pakaian itu kepada Ibu dan kedua kakaknya, sehingga membuat ibu dan kedua kakaknya tercengang.
Keesokan harinya, setiba fajar menyingsing Klenting Kuning di bangunkan dengan suara gaduh. Prang.. preng.. prong.... Prang.. preng.. prong... sungguh merupakan suara yang terdengar mengganggu ditelinga. Rupanya kedua kakak Klenting Kuning sedang melempar barang-barang yang ada di dapur.
Klenting Kuning : “ Kakak, ada apa ini? Mengapa semua barang-barang ini kalian lempar? “ (tanyany kepada sang kakak)
Klenting Hijau : “ Kau bertanya mengapa? Coba lihat, tidak ada apapun di meja makan. Sungguh memuakan “ (jawabnya ketus)
Kleting Merah : “ Apakah kau tidak tidak tahu, bahwa kami sudah lapar? ”
Klenting Kuning : “ Ahh... maafkan aku kak, aku baru saja bangun dari tidur ku”
Klenting Merah : “ Alasan “
Klenting Hijau : “ Alahh.. bilang saja kau sudah tidak mau menyiapkan makanan untuk kami? Dasar anak malas “
Tak lama pertengkaran itu terjadi, sang Ibu datang. Namun bukannya mendamaikan, ia justru ikut menyalahkan si bungsu Klenting Kuning.
Mbok Rondo : “ Berisik sekali, ada apa ini? “
Klenting Kuning : “ Kakak Bu? “
Klenting Merah : “ Bukan Bu, bukan kita. Kuning berbohong ”
Klenting Hijau : “ Iya Bu..”
Mbok Rondo : “ Ahhkk... sudah diam “ (membentak)
Klenting Hijau : “ Ibu, jadi Ibu membentak kami? Kami kan anak kesayangan Ibu, atau jangan-jangan Ibu sudah tidak sayang lagi kepada kami? “
Sambil membelai manja kedua anaknya ia bekata.
Mbok Rondo : “ Ohh.. anakku sayang, janganlah kalian berfikir begitu. Sungguh, Ibu menyayangi kalian “
Klenting Merah : “ Haahahaa.. kau dengar itu Klenting Kuning, Ibu hanya menyanyagi kami, tidak dengan kau “
Klenting Hijau : “ Sungguh malang nasib mu Klenting Kuning, tidak ada seorang pun yang menyanyangi mu, tidak seperti kami “
Mbok Rondo : “ Sudahlah tidak usah perdulikan anak malang itu. Lebih baik kita pergi dari sini. Dan kau Klenting Kuning kerjakan semua pekerjaan rumah “
Klenting Kuning hanya terdiam dan mengangguk perlahan, sedih meratapi kehidupaanya yang penuh dengan air mata. Dalam sedihnya dia berkata.
“ Ohh... Dewa, dosa apakah kiranya yang telah aku perbuat, hingga ku harus menanggung semua derita ini. Aku ingin merasakan belaian hangat seorang Ibu. Mengapa Dewa, mengapa? Mengapa hidup ku begini melarat? “
Saat ia berkeluh tiba-tiba saja datang seorang Peri kehadapannya.
Peri Tontong : “ Haii... Kuning ? “
Klenting Kuning : “ Peri Tontong engkau datang lagi ?”
Peri Tontong : “ Ohh.. tentu anak manis, aku datang kesini untuk membantu mu. Tapi maaf, aku belum sempat berganti pakaian, maklum lah sedang beres-beres “
Klenting Kuning : “ Ahh.. Peri, sudah biasa ku melihat mu dengan pakaian seperti itu “
Peri Tontong : “ Jadi apa yang bisa aku bantu ? opsss.. tunggu, aku sudah tahu apa yang harus ku kerjakan”
Dalam sekejap barang-barang yang berserakan itu telah kembali seperti sedia kala.
Klenting Kuning : “ Ohh.. terima kasih Peri, kau selalu meringankan tugas-tugas ku, terima kasih”
Peri Tontong : “ Tak perlu sungkan Kuning “
Kini setiap hari Peri Tontong selalu memberi bantuan terus-menerus kepada Klenting Kuning. Hingga pada suatu hari tersiar kabar bahwa ada seorang pemuda yang bernama Ande-Ande Lumut, sedang mencari calon istri.
Mendengar kabar baik itu, Mbok Rondo pun menyuruh kadua putri tertuanya untuk menghubungi Ande-Ande Lumut.
Mbok Rondo : “ Merah, cepat kau hubungi Ande!! “
Klenting Merah : “ Mengapa harus aku ibu? “
Mbok Rondo : “ Ya sudah, Hijau cepat kau hubungi Ande-Ande Lumut!! “
Klenting Hijau : “ Ahh... Ibu” (mengeluh)
Mbok Rondo : “ Apa lagi? Kau pun tak mau menghubunginya? “
Klenting Hijau : “ Bukan begitu Ibu. Tapi ...”
Mbok Rondo : “ Tapi apa ? “
Klenting Hijau : “ Aku gak punya pulsaaaa “ (terdengar manja)
Klenting Merah : “ Alahh.. Alasan kamu Hijau “
Klenting Hijau : “ Merahhh “
Mbok Rondo : “ Sudah jangan bertengkar, kalau begitu lebih baik kalian pergi menemui Anda-Anda Lumut “
Pada akhirnya Mbok Rondo Dadapan segera mengirim kedua putrinya yang lebih tua untuk mencalonkan diri mereka menjadi istri Pemuda tampan itu. Namun putrinya yang bungsu, yang ingin juga mencoba peruntungannya, dicegahnya dengan keras olehnya.
Klenting Kuning : “ Ibu, biarkanlah kuning ikut bersama Merah dan Hijau menemui Ande ibu “
Mbok Rondo : “ Untuk apa kau ikut bersama mereka, tiada guna “
Klenting Kuning : “ Ohh... ibu, maafkan aku. Kali ini aku tidak akan menuruti perintah ibu “
Larangan Mbok Rondo kali ini tidak digubris oleh si bungsu, karena ia telah mendapat restu dari Peri Tontong, dan telah dibekali pula sebatang lilin wasiat, yang disebut sada lanang (lidi laki-laki). Akhirnya si bungsi pun ikut bersama kedua kakanya ke kediaman Ande-Ande Lumut.
Yuyu : “ Wahh.. ada putri-putri yang cantik rupanya. Hai.. putri-putri syang cantik. Hendak kemana kah gerangan?“
Klenting Merah : “ Dasar ketam jelek, tidak usah kau ikut campur urusan kami “
Klenting Hijau : “ Lebih baik kau pergi ketam jelek, kehadiran mu hanya mengganggu kami “
Yuyu : “ Wahh... wahh rupanya kedua putri ini begitu sombong agaknya “
Klenting Hijau : “ Alahh... diam kau. Suara mu hanya membuat telinga ku sakit“
Yuyu : “ Kalian tidak perlu bicara seperti itu. Aku yakin kalian pasti membutuh kan bantuan ku “
Klenting Merah : “ Apakah kau yakin bisa membantu kami ? “
Yuyu : “ Ohhh.. tentu bisa. Kalian ingin menyebrangi sungai ini bukan ? “
Klenting Merah : “ Ya itu benar, lalu apa yang bisa kau lakukan untuk membantu kami ? “
Yuyu : “ Aku bisa membantu kalian menyebrangi sungai ini “
Klenting Hijau : “ Benar kah itu ? “
Yuyu : “ Tentu, tapi dengan satu syarat “
Klenting Merah : “ Syarat? Syarat apa itu ?”
Yuyu : “ Kalian harus berikan sebuah senyuman kepada ku, sebagai imbalan untuk ku “
Ketiga putri itu tediam sejenak.
Klenting Merah : “ Kau tampak tak waras ketam jelek “
Yuyu : “ Hahaha.. itu terserah pada kalian, aku hanya ingin membantu. Dibanding kalian harus berdiri lama menunggu bantuan disini “
Klenting Hijau : “ Sudah lah Merah , kita ikuti saja kemauan Ketam jelek ini “
Akhirnya kedua putri pertama dan kedua dapat melakukan hal itu dengan satu ciuman sebagai imbalan. Sedang Kleting Kuning dapat juga menyeberang, namun bukan dengan bantuan ketam itu, melainkan berkat lidi ajaibnya, yang dapat mengeringkan sungai hanya dengan satu sebatan saja.
Sesampainya di kediam Ande, ketiga Putri itu bertemu dengan Mbok Imah.
Klenting Merah : “ Hai nenek tua, siapa kau? “
Klenting Kuning : “ Merah, tak sepantasnya kau bicara begitu “
Klenting Merah : “ Diam kau Kuning!! “
Mbok Imah : “ Sungguh kau putri yang tidak sopan, berbicara kepada orang tua pun seenaknya “
Klenting Hijau : “ Apa hak mu berbicara seperti tu ?”
Mbok Imah : “ Aku adalah Ibu dari Ande-Ande Lumut. Pria yang ingin kalian temui “
Klenting Merah : “ Ohh.. jadi kau adalah ibu dari Ande? “
Klenting Hijau : “ Dimana Ande-Ande Lumut sekarang ?”
Mbok Imah : “ Akan ku panggilkan Ande. Ku harap Ande tidak akan memilih kalian berdua. Putri-putri yang tidak memiliki tatakrama, tak seperti dia ( mengarah pada Klenting Kuning) putri yang cantik, baik, dan bertatakrama “
Akhirnya Mbok Imah pergi memanggil Ande. Setibanya Ande dihadapan ketiga putri itu, tak sedikit pun tatapan Ande berpaling dari Klenting Kuning. Dia berdiri dihadapan Klenting Kuning, dia menatapnya tanpa menghiraukan Klenting Merah dan Klenting Hijau.
Ande : “ Wahai putri yang cantik, siapa kah gerangan nama mu? “
Klenting Kuning : “ Aku.... nama ku Klenting Kuning Ande “
Ande : “ Sungguh cantik paras mu, belum pernah sedikit pun kau ternodai “
Klenting Kuning : “ Terima kasih Ande, pujian mu membuat ku sungguh senang“
Ande : “ Belum pernah ku bertemu dengan putri secantik dirimu. Bersediakah kau untuk ku persunting? “
Klenting Kuning : “ Benarkah tulus ucapan mu itu Ande ? “
Ande : “ Tentu Kuning. Jadi, bersediakah kau? “
Klenting Kuning : “ Ya.. aku bersedia, tentu bersedia “
Percayalah suatu saat nanti kebaikan itu akan membuahkan hasil yang manis, walaupun terasa pahit di awal, bersabarlah. Karena sesungguhnya tiada kejahatan yang akan menang melawan kebaikan.
... SEKIAN...
03 Februari 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar